Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, naiknya suku bunga kredit perseroan disebabkan karena keputusan perusahaan menaikkan suku bunga deposito.
"Kita melakukan 2 kali penyesuaian untuk kredit, pertama 0,25% di Juni, terus Juli naik lagi 0,5% terutama yang kredit mengambang (floating) karena kompensasi deposito meningkat dan kenaikan harga-harga barang," ujarnya usai konferensi pers kinerja semester I-2013, di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (29/7/2013).
Selain itu, dia menyebutkan, dengan adanya inflasi yang tinggi dan dana atau investasi perseroan yang menggunakan dolar juga menjadi alasan perseroan menaikkan suku bunga kreditnya.
"Banyak investasi beli pakai USD seperti mesin-mesin ATM, software untuk upgrade IT, ini kan dalam dolar, itu tentunya akan mempengaruhi biaya dan mau tidak mau bunga pinjaman kita naikkan," kata Jahja.
Namun, kata dia, dengan menaikkan suku bunga kreditnya, perseroan akan mampu mempertahankan posisi marjin bunga bersih (NIM) di angka 5,95%.
"NIM kita saat ini 5,95%, dengan naiknya kredit dan deposito bisa mempertahankan NIM dengan pinjaman lebih besar dan bisa meningkatkan biaya-biaya overheat," katanya.
Jahja menambahkan, perseroan juga telah 2 kali menaikkan bunga depositonya dari 3,5% menjadi 5% di awal Mei 2013 dan kembali menaikkan bunga deposito pada Juli 2013 sebesar 5,75%.
"Dana deposito kita sejak kuartal 2 tahun 2012 terus turun, bahkan sampai kuartal 2 tahun ini angkanya sampai Rp 68 triliun. Untuk itu, kita menaikkan deposito dan adjustment bunga deposito sehingga kita bisa menaikkan angka depositonya," kata dia.
Tercatat, dana deposito mengalami kenaikan menjadi Rp 72,5 triliun pada Juni 2013 dari posisi terendahnya yang sebesar Rp 68,5 triliun pada April 2013 sejalan dengan meningkatnya suku bunga deposito pada Mei 2013.
(dru/dru)
