Antam dan Perusahaan Australia Patungan Bikin Smelter Sekitar Rp 3,8 T

Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan perusahaan tambang Australia yaitu Direct Nickel Limited (DNi) bekerjasama membuat pabrik pengolahan nikel (smelter) di Indonesia sekitar US$ 400 juta atau Rp 3,8 triliun.

Presiden Direktur DNi Russell Debney mengatakan, kerjasama ini merupakan strategi DNi untuk mengembangkan teknologi DNi Process yang revolusioner dengan kerjasama dengan perusahaan pertambangan kelas dunia yang memiliki sumber daya nikel dan kapabilitas internal untuk memanfaatkan keterbatasan suplai nikel di masa depan.


Penandatanganan perjanjian ini merupakan kelanjutan dari pengembangan Heads of Agrement (HoA) yang ditandatangani Antam dan DNi pada 31 Mei 2012. Namun belum dijelaskan di mana tepatnya lokasi pembangunan pabrik ini. Kemudian berapa dana yang akan diserahkan masing-masing pihak belum dijelaskan.


"Pembangunan pabrik ini membutuhkan dana investasi sebesar US$ 400 juta dengan kapasitas pabrik pengolahan nikel hingga 10.000 ton," ucap Russel.


Dalam perjanjian kerjasama ini, kedua perusahaan juga akan melanjutkan kerjasama dalam operasi Test Plant milik DNi di Perth untuk memproduksi nickel mixed hydroxide dan mengkaji bersama hasil teknis dari pabrik tersebut, yang saat ini mengolah sample sebanyak 200 ton nikel laterit dari Antam.


Ditambahkan Direktur Utama Antam Tato Miraza, kerjama Antam dengan DNi memiliki prosepek yang menjanjikan untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi dan keekonomian pengolahan nikel laterit.


"Perjanjian yang ditandatangani hari ini merefleksikan uppppaya kami untuk memberikan nilai tambah terhadap pengembangan keekonomian cadangan nikel Indonesia dan mendukung pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan," ucapnya.


"Apalagi 2014 nanti pemerintah akan melakukan pengendalian ekspor, hal ini tentunya sangat menguntungkan karena dapat membuat harga komoditas ini membaik. Seperti diketahui saat ini kan harga sedang anjlok, banyak pabrik tambang tutup," tandasnya.


(rrd/dnl)