Pameran ini diikuti sebanyak 26 peserta yang terdiri dari 20 peserta industri furnitur dan kerajinan serta 6 peserta non-industri dari akademisi, pemda, dan himpunan desainer.
Peserta pameran berasal dari sentra-sentra industri furnitur dan kerajinan serta dari daerah bahan baku, di antaranya DKI Jakarta, Cirebon (Jawa Barat), dan Jepara (Jawa Tengah). Sedangkan dari daerah sentra bahan baku adalah Palu (Sulawesi tengah).
Produk yang ditawarkan berbagai macam produk berbahan baku kayu dan rotan, seperti kursi-kursi rotan dan kayu, meja, hiasan rumah baik ukuran kecil hingga ukuran yang besar sekali. Harganya pun variatif, mulai dari ratusan ribu seperti hiasan rumah, patung sampai yang jutaan seperti meja dan kursi kayu.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex S W Retraubun yang membuka pameran ini mengatakan, industri rotan dan furnitur dalam negeri perlu mendapat perhatian karena berkontribusi cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto.
"Pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian juga terus mendorong dan menyusun kebijakan untuk meningkatkan daya saing produk furnitur nasional," kata Alex di acara Pameran Produk Furnitur dan Produk Interior di Plasa Kemenperin, Jalan Jend Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (29/10/2013).
Alex mengatakan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian terus mendukung industri rotan, furnitur, dan interior di dalam negeri. Termasuk dengan terus mengembangkan sertifikasi verifikasi legalitas kayu (SVLK). Juga termasuk dengan melakukan berbagai pameran.
"Dengan adanya kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan maka ekspor barang jadi rotan berupa anyaman dan furnitur rotan diharapkan mengalami peningkatan," katanya.
(zul/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
