Apple Mau Cari Utang, Pertama Kali Dalam Sejarah

Jakarta - Pertama kali dalam sejarah, Apple Inc berniat mencari utang. Caranya dengan menerbitkan surat utang alias obligasi.

Rencana tersebut terungkap dalam laporan yang diberikan Apple kepada Securities and Exchange Commission Amerika Serikat (AS). Dana yang didapat dari utang itu salah satunya akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham.


"Seiring waktu, kami mungkin akan menawarkan surat utang lebih dari satu kali," kata manajemen Apple dalam laporan tertulisnya yang dikutip AFP, Selasa (30/4/2013).


Pekan lalu, Apple akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan tujuan meningkatkan kembali harganya yang sudah jatuh. Dana yang disiapkan untuk aksi korporasi ini mencapai US$ 100 miliar (Rp 950 triliun).


Selain itu, Apple juga mengumumkan rencana pembagian dividen kepada pemegang saham sebesar US$ 3,05 (Rp 29.000) per lembar saham. Semua ini dilakukan untuk mengangkat harga sahamnya yang sudah terjun bebas sejak mencapai level tertinggi.


Produsen iPhone dan iPad ini punya uang kas sebanyak US$ 145 miliar (Rp 1377 triliun) berdasarkan laporan tersebut. Tapi kebanyakan dari uang itu berada di luar AS dan sulit untuk dibawa masuk karena pajak AS yang sangat tinggi.


Pekan lalu, Standard & Poor's mengatakan peringkat surat utang Apple bisa berada di level AA+, sedangkan Moody's berencana memberinya rating Aa1.


Kedua lembaga pemeringkat internasional itu tidak ingin memberikan rating AAA karena pergerakan sektor industri teknologi yang sangat cepat berubah


Sebelumnya Apple melaporkan laba yang tergerus di tiga bulan pertama 2013. Turunnya laba ini merupakan yang pertama kali diderita Apple dalam 10 tahun terakhir.


Perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu meraup laba bersih US$ 9,5 miliar (Rp 90,25 triliun) di akhir triwulan I-2013, turun 18,1% dari laba di tahun sebelumnya pada periode yang sama US$ 11,6 miliar (Rp 110,2 triliun).


Sementara omzetnya masih naik di tiga bulan pertama tahun ini, tercatat US$ 43,6 miliar (Rp 414,2 triliun), tumbuh 11,2% dari sebelumnya US$ 39,2 miliar (Rp 372,4 triliun) di 2012.


Penyebab jatuhnya laba adalah gross margin alias selisih keuntungan yang didapat dari penjualan produknya yang semakin berkurang, dulu sebesar 47,5% sekarang hanya 37,5% di triwulan I-2013.


Padahal jumlah iPhone yang terjual sepanjang Januari-Maret naik tipis menjadi 37,4 juta, dari sebelumnya pada periode yang sama 35,1 juta. Sementara iPad terjual 19,5 juta, jumlahnya melonjak dari penjualan di tahun lalu 11,8 juta.


Pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, saham berkode APPL itu naik 3,1% ke level US$ 430,12 per lembar, masih jauh dari posisi di level tertingginya US$ 700 per lembar.


Beberapa analis menilai Apple sedang memasuki krisis yang harus segera ditanggulangi. "Ini adalah sebuah krisis," kata hasil riset Indigo Equity Research.


"Apple sedang melakukan kesalahan yang sama seperti Nokia dan Motorola, yaitu tidak mengeluarkan produk yang inovatif dan mutakhir. Masalah ini akan semakin rumit jika pelanggannya mulai bosan, karena sekali penikmat teknologi meninggalkan satu produk, ia jarang ingin balik lagi," katanya.


(ang/dru)